Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus berkomitmen memperkuat sinergi antara Industri Kecil dan Menengah (IKM) dengan berbagai pemangku kepentingan, termasuk industri besar, melalui program link and match. Salah satu langkah konkret yang dilakukan adalah menggelar temu bisnis antara IKM komponen otomotif dengan perusahaan besar dalam rangka membangun rantai pasok industri yang terintegrasi.
Program ini merupakan tindak lanjut dari kerja sama yang dimulai sejak penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) antara Kemenperin dan Kadin Indonesia pada 2022. Hingga tahun 2024, program ini berhasil menjaring 122 IKM yang bermitra dengan 55 Tier-1 Agen Pemegang Merek (APM).
Peluang di Tengah Tantangan
“Tahun ini, industri otomotif menghadapi tantangan yang berat, namun tantangan tersebut juga membawa peluang besar jika dikelola dengan baik,” ujar Wakil Menteri Perindustrian, Faisol Riza, dalam acara di Jakarta (10/12).
Faisol menambahkan, insentif bagi industri besar yang terlibat dalam program link and match menjadi salah satu kunci sukses. Hal ini bertujuan menciptakan rantai pasok yang terintegrasi dan memperkuat daya saing industri dalam negeri.
“Kami berharap program ini dapat diterapkan di berbagai sektor lain sehingga memberikan dampak positif pada pertumbuhan ekonomi dan mendorong akselerasi kemitraan yang saling menguntungkan,” jelasnya.
Dalam kesempatan tersebut, Faisol juga mengapresiasi terlaksananya 60 penandatanganan MoU antara 57 IKM komponen otomotif dan 28 industri besar. Ia berharap kemitraan ini dapat terus berlanjut dan berkontribusi pada kebangkitan industri otomotif nasional.
Sejarah dan Konsistensi Program Link and Match
Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA), Reni Yanita, menjelaskan bahwa program link and match pertama kali digelar pada 2017 dan menjadi agenda tahunan Direktorat Jenderal IKMA.
“Pada 19 November 2024, telah dilaksanakan penandatanganan 54 MoU antara Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA), Tier-1 APM, dan IKM. Hari ini, acara dilanjutkan dengan penandatanganan simbolis enam MoU dari total 28 Tier-1 APM dan 57 IKM,” ungkap Reni.
Reni berharap kegiatan ini dapat memperkuat kolaborasi antara IKM dengan industri besar, membuka akses pasar, memperluas wawasan, serta menciptakan kemitraan yang saling menguntungkan.
Rangkaian Kegiatan Penunjang
Selain penandatanganan MoU, acara ini juga menghadirkan berbagai kegiatan pendukung, seperti:
- Workshop: Membahas strategi dan program pembinaan IKM dengan narasumber dari Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA), PT Astra Otoparts Tbk, PT Astra Honda Motor, dan mitra lainnya.
- Pameran Komponen Otomotif: Menampilkan 39 booth yang terdiri dari 28 Tier-1, 57 IKM komponen otomotif, 3 lembaga pembiayaan, serta 2 booth start-up industri.
- Temu Bisnis: Memfasilitasi pertemuan 200 peserta IKM dengan 50 Tier-1 APM dan lembaga pembiayaan untuk membangun jaringan bisnis yang lebih luas.
Program ini membuktikan komitmen Kemenperin dalam mendorong kolaborasi antara IKM dan industri besar, menciptakan ekosistem industri yang kuat, serta mendukung pertumbuhan ekonomi melalui sinergi yang berkelanjutan. Dengan semangat kolaborasi ini, masa depan industri otomotif nasional semakin cerah.