Tantangan dan Prospek Industri Minuman Ringan Indonesia di Tengah Peningkatan Penjualan Tahun 2023

Tantangan dan Prospek Industri Minuman Ringan - The EdGe

Industri minuman ringan Indonesia menghadapi berbagai tantangan meskipun mencatat pertumbuhan penjualan yang signifikan, menunjukkan potensi bisnis yang tetap menjanjikan.

Ketua Umum Asosiasi Industri Minuman Ringan (ASRIM), Triyono Prijosoesilo, menyatakan bahwa volume penjualan minuman ringan nasional umumnya berada dalam kisaran 7 miliar hingga 8 miliar liter per tahun. Namun, selama pandemi Covid-19 pada 2020, penjualan minuman ringan nasional turun drastis menjadi 6,68 miliar liter.

Pada tahun 2023, volume penjualan minuman ringan nasional mengalami pertumbuhan sebesar 3,1% year on year (YoY) dibandingkan tahun sebelumnya. Namun, jika kategori air minum dalam kemasan (AMDK) dikecualikan, penjualan minuman ringan nasional justru mengalami penurunan sebesar 2,6% YoY.

Selain AMDK, kategori lain yang memberikan kontribusi besar terhadap kinerja industri minuman ringan adalah teh siap saji atau ready to drink (RTD). Pada tahun 2022, kedua kategori tersebut mencatat penjualan masing-masing sebesar 5,33 miliar liter dan 1,40 miliar liter.

Meskipun demikian, ASRIM mengungkapkan bahwa kinerja industri minuman ringan nasional masih cenderung stagnan dengan rata-rata pertumbuhan penjualan selama tiga tahun terakhir (compounded annual growth rate/CAGR) berada pada level 0% atau tidak ada pertumbuhan.

Industri minuman ringan dihadapkan pada berbagai tantangan, termasuk krisis geopolitik yang meningkatkan biaya logistik dan gangguan rantai pasok global. Selain itu, kemarau berkepanjangan mengurangi produktivitas pertanian dan meningkatkan harga bahan baku, seperti kenaikan harga gula sebesar 16,48% YoY pada 2023.

Pengusaha minuman ringan juga menghadapi persaingan bisnis yang ketat dari minuman ringan non olahan seperti boba drink. Hal ini mencerminkan perubahan perilaku konsumen minuman ringan, terutama setelah pandemi Covid-19.

ASRIM memproyeksikan bahwa tahun 2024 akan menjadi tahun pemulihan lebih lanjut bagi industri minuman ringan nasional, dengan pertumbuhan penjualan diperkirakan mencapai 4% hingga 5%. Momen Ramadan diharapkan dapat meningkatkan penjualan minuman ringan, yang biasanya menyumbang 30% hingga 40% dari total penjualan sepanjang tahun.

Tren ekspansi industri minuman ringan seperti pembangunan pabrik baru atau penambahan jaringan distribusi juga diprediksi akan tetap tinggi pada tahun ini, terutama oleh pemain lama yang sudah mapan di Indonesia. Sedangkan investor baru mungkin akan menunggu dan melihat perkembangan lebih lanjut sebelum memasuki pasar.

Bagikan ke:
Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp