Industri jasa logistik di Indonesia harus menghadapi berbagai tantangan bisnis sepanjang tahun 2024. Beragam faktor, mulai dari ketidakpastian geopolitik hingga dinamika politik domestik, menjadi penghambat utama pertumbuhan sektor ini.
Ketua Umum Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI), Akbar Djohan, mengungkapkan bahwa perlambatan sektor logistik pada tahun ini terasa signifikan. Hal ini terutama dirasakan pada sektor tekstil, garmen, besi dan baja, serta produk elektronik.
Dampak Pemilu dan Geopolitik pada Industri Logistik
Djohan menjelaskan bahwa agenda Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 menjadi salah satu faktor yang memperlambat pengambilan kebijakan strategis untuk mendukung pertumbuhan bisnis. “Pelaksanaan Pemilu menyebabkan kebijakan yang berpotensi mendorong bisnis tertunda,” ungkapnya pada Senin (23/12).
Selain itu, ketegangan geopolitik global, termasuk perang dagang dan konflik di Timur Tengah, juga berdampak pada menurunnya kinerja ekspor Indonesia. Kondisi ini diperburuk oleh kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) jenis solar di beberapa daerah, yang meningkatkan biaya operasional sektor logistik.
Tekanan Eksternal dan Internal
Maraknya produk impor menjadi tantangan tersendiri bagi pelaku jasa logistik dalam negeri. Di sisi lain, kompleksitas regulasi perpajakan dan pembiayaan jasa operasional turut menjadi penghambat pertumbuhan sektor ini.
Penurunan daya beli masyarakat, baik di tingkat nasional maupun internasional, semakin menambah tekanan pada sektor logistik. “Sebagian besar komoditas mengalami pelemahan daya beli, meskipun ada beberapa yang tetap menunjukkan peningkatan, seperti produk tambang, farmasi, dan alat kesehatan,” kata Djohan.
Pandangan ke Depan: Peluang dan Tantangan 2025
Melihat ke tahun 2025, Djohan memperkirakan sektor logistik masih akan menghadapi tantangan besar, termasuk kenaikan pajak dan ketidakpastian bisnis. Namun, ia optimis bahwa peluang tetap ada, khususnya dalam perdagangan antar pulau di tengah meningkatnya krisis politik global.
“Peluang di tahun depan seharusnya dimanfaatkan untuk memperkuat perdagangan domestik, terutama perdagangan antar pulau. Ini dapat menjadi momentum bagi pelaku logistik nasional,” pungkasnya.
Meskipun tantangan terus membayangi, sektor logistik Indonesia diharapkan mampu bertahan dan beradaptasi dengan perubahan global dan domestik. Dengan dukungan kebijakan yang tepat dan kolaborasi antarpemangku kepentingan, industri ini dapat kembali menguat dan menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi nasional di tahun 2025.